Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan kehadiran penganan legendaris kue keranjang. Kue berbahan dasar tepung ketan dan gula ini memang populer di masyarakat Indonesia, khususnya keturunan Tionghoa, sejak puluhan tahun silam.
Nama kue keranjang sendiri diambil dari nama wadah cetakannya yang berbentuk keranjang. Kue ini memiliki cita rasa manis yang khas, bertekstur kenyal dan lengket. Konon, suguhan kue keranjang saat Imlek memiliki makna kesatuan keluarga dan peningkatan rezeki.
Di Neglasari, Tagerang, Banten, salah satu industri rumahan pembuat kue keranjang yang cukup terkenal adalah kue keranjang Nyonya (Ny) Lauw. Tempat itu merupakan satu di antara banyak industri rumahan panganan legendaris di Tangerang dan yang masih menjalankan usaha turun menurun hingga generasi ke tiga.
Winawati atau yang akrab disapa Ci Iin merupakan penerus usaha kue keranjang Ny Lauw. Dia meneruskan usaha dari pihak keluarga suaminya. Usaha pertama kali dirintis oleh sang kakek pada tahun 1950. Saat ini dia melakukan penggunaan tambahan nama Lauw Kim Wie di belakang merek dagang Ny. Lauw hal untuk membedakan dengan dagangan saudara-saudara yang lain.
Untuk menjaga kualitas mutu dan rasa, proses pembuatan kue keranjang tetap mempertahankan cara masak tradisional menggunakan kayu bakar dan resep alami turun-menurun. Karena itu, produksi Kue keranjang memakan waktu yang cukup lama, hampir 12 jam lebih.
Produksi kue keranjang Ny Lauw jelang Imlek mulai mengalami peningkatan pesanan hingga 100 persen. Dalam sehari produksi bisa mencapai 5 ton untuk memenuhi pesanan dari Jakarta, Bogor, Bandung dan daerah lain di Indonesia. Harga jual penganan manis ini dibanderol Rp 54.000 per kilogramnya.
Guna menjaga usaha pembuatan kue ini tetap bertahan, pemilik usaha terus melakukan inovasi, salah satunya dengan menambah varian rasa mengikuti selera konsumen. Hal ini dilakukan agar industri kue keranjang dapat bertahan melintasi zaman.
Foto dan Teks
Prayogi
Editor
Edwin Dwi Putranto
Desain
Baskoro Adhy
top
Kue Keranjang
Si Manis yang Legendaris